PROGRAM SEKOLAH PENGASUHAN ANAK (PSPA) – Pasti Jalan

PROGRAM SEKOLAH PENGASUHAN ANAK (PSPA)

Gedung BPPT II – R.Komisi Utama – Lt.3,  Jakarta Pusat | Sabtu-Minggu, 05-06 Maret 2011 | Rp 475.000/orang


Dari Ibu Lurah, Ibu Gubernur sampai Ibu Menteri,
Dari yang masih lajang dan gadis hingga kakek nenek,
Dari yang belum menikah,belum punya anak hingga yang punya anak sepuluh,
Rame-rame sudah ikutan pelatihan ini..Yuk, berkenan Jadi Orangtua shalih….


Ingin Menjadi Bagian dari Orangtua Shalih, Yuk Ikutan Sekolah Orangtua PSPA

TAHUKAH ANDA? Sebagian PERILAKU NEGATIF ANAK: tidak mandiri, tidak patuh dan membangkang orangtua, malas belajar,mudah marah, mudah rewel, konsumtif hingga malas ibadah dan rendah diri sesungguhnya ORANGTUA sendiri yang jadi PENYEBABNYA.

Sebagian orang dewasa memang siap menikah, namun tidak disiapkan menjadi orangtua ketika menikah. Akibatnya saat menemukan kesulitan berinteraksi dengan anak, respon yang salah menyebabkan ANAK SEMAKIN REWEL, SEMAKIN SULIT DIATUR, SEMAKIN MEMBANGKANG dan akhirnya SEMAKIN menjadi BEBAN untuk orangtua.

Temukan SOLUSINYA untuk anda merasakan keindahan menjadi orangtua dalam: PROGRAM SEKOLAH PENGASUHAN ANAK (PSPA)

Sebuah pelatihan keorangtuaan terpadu pertama di Indonesia yang telah diselenggarakan di 14 Propinsi 26 kota di

YUK, JADI AYAH TERBAIK UNTUK MENGHASILKAN GENERASI YANG BAIK….

MARI, JADI IBU AMANAH YANG MENGHASILKAN GENERASI SHALIHAH

Kita, Bukan Orangtua Malaikat



Materi

Enam Module: Hari I ( 08.00 – 17.30 ), Hari II ( 07.30 – 18.00 )

  1. Karunia Fitrah : Memahami Hambatan Pengasuhan yang menumbuhkan mental negative anak & menghambat Orangtua menjalin Komunikasi positif
  2. Karunia Belajar : Memhami prinsip belajar anak untuk memahami mental,sikap dan perilaku anak sbg modal memberikan rekasi positif pada anak
  3. Karunia Konsistensi : Mengetahui prinsip kepatuhan agar anak taat danpatuh pada orangtua tanpa tekanan,ancaman dan kekerasan
  4. Karunia Kiblat : Mengarahkan anak agar terfokus pada perilaku positif dan memiliki konsep diri positif sejak dini sbg landasan kesuksesan masa depan anak
  5. Karunia Mendengarkan : Membangun kelengketan jiwa orangtua-anak untuk mendukung daya tahan mental anak terhadap pengaruh negative lingkungan
  6. Karunia Ash Shoffaat : Mengetahui teknik komunikasi orangtua yang menumbuhkan gagasan, kreativitas, dan motivasi anak untuk memiliki akhlak positif


Trainer :

Bapak Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

( Master Nasional  Trainer Pengasuhan Anak )

 

Date:

Jumat-Sabtu ( Hari Libur ), 05-06 Maret 2011


Venue:

Gedung BPPT II Lt.3, Jl Thamrin Jakarta Pusat

 

Biaya:

Rp 475.000/orang, Pasangan Rp 900.000,-


Fasilitas :

Training 2hari full day, makan siang, snack 2x/hari, cofeebreak,seminar kit,booklet dan sertifikat, doorprize


Testimonial

JADILAH 1 DIANTARA RIBUAN ORANG YANG SUDAH RASAKAN MANFAATNYA

“Kini aku merasakan ‘surga’ sebelum surga di keluargaku”, (dr. Zulaehah Hidayati, Bandung)

“SISTEMATIS, lugas, lucu. Dari awal hingga akhir tidak membosankan.” (Rodhiatul Hasanah Siregar, Psi./Dosen Universitas Sumatera Utara, Medan)

“Insya Allah saya berjanji di depan Allah SWT akan jadi ayah yang shalih, memberikan haq anak, sesuai perintah Allah & Rasul-Nya.” (Ust. M. Ghazali, Ketua Ikatan Da’i Indonesia Propinsi Riau, Pekanbaru)

“Subhanallah, indah sekali hidup dengan anak kalau kita tahu ilmunya” (Elly Faizah, Mojokerto)

“Ya Allah, betapa beruntungnya saya ikut program ini. Semula saya merasa sudah tahu dari buku-buku dan pelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti. Ternyata hanya sedikit sekali. Astaghfirullah, betapa sombong dan dzhalimnya saya. Selama ini saya egois, belum mengenal anak, maunya saya saja.” (Novia Syafrida, S.S. Balikpapan)

“Saya banyak mendapat inspirasi dengan menjadi peserta program ini” (Hadi Mulyadi, Anggota DPRD Kaltim, Samarinda)

“Saya akan benar-benar menyesal jika tidak datang ke acara ini.” (Cheke Karai, Pelatih BKKBN, Makassar)

“I have to be better to best mother” (Dr. Ir. Rr. Sri Rachma A.B., M.Sc., Makassar)

“Dua hari yang berat karena harus meninggalkan anak-anak. Namun dua hari yang penuh pembekalan menjadi orangtua shalih.” (Elin Linarsih)

“Dahsyat, semua orangtua harus ikut acara ini” (Mardi Soemtiro, Denpasar)

“Waaaaah, suer dapat difahami dan mengena di hati. Saya ingin jadi mom yang dibanggakan buah hati.” (Novy Prasetyo)

“Saya merasa menjadi orangtua baru bagi anak-anakku tercinta”, (Dr. Ir. Nerty Soverda, M.S., Jambi)


Formulir Permintaaan Informasi Lanjutan / Pra-Pendaftaran Public Training
  1. INFORMATION OPTIONS
  2. (required)
  3. (required)
  4. PERSONAL DATA
  5. (required)
  6. (required)
  7. (required)
  8. (valid email required)
  9. (required)
  10. (required)
  11. PRE REGISTRATION DATA (Tidak Mengikat)
  12. (required)
  13. MESSAGE FOR TRAINING PROVIDER
  14. Captcha
 

cforms contact form by delicious:days


Written By:

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

Direktur Auladi Parenting School/Pendiri Program Sekolah Pengasuhan Anak(PSPA)


Ayah, Ibu…..

Ketahuilah, menjadi orangtua terbaik untuk anak-anak kita

bukanlah berarti kita diharapkan menjadi orangtua ‘malaikat’

yang tak boleh kecewa, sedih, capek, pusing menghadapi anak.

Perasaan-perasaan negatif pada anak itu wajar,

bagaimana menyalurkannya hingga tak sampai menyakiti anak

itu yang menjadi fokus perhatian.


Artinya, ayah ibu,

sebenarnya kita masih tetap boleh sedih, kecewa pada anak,

tetapi kita sama sekali tak berhak untuk melukai

dan menyakiti anak-anak kita.

Ketahuilah, melotot, mengancam, membentak

dapat membuat hati anak terluka.

Apalagi, mencubit dan memukul tubuhnya.

Tubuhnya bisa kesakitan,

tapi yang lebih sakit sebenarnya apa yang ada dalam tubuhnya.


Ayah, Ibu…..


Karena kita bukan orangtua malaikat,

maka yakinlah anak kita pun bukan anak malaikat

yang langsung terampil berbuat kebaikan.

Mereka tengah belajar ayah,

mereka masih berproses Ibu.

Seperti belajar bersepeda,

kadang mereka terjatuh,

kadang mereka mengerang kesakitan ketika terjatuh.


Demikian juga dengan perilaku anak-anak kita,

mereka bereksplorasi,

mereka berproses,

mereka mengayuh kehidupan

untuk meraih kebaikan

dan menjadi manusia yang berperilaku baik.


Ketika mereka terjatuh saat belajar berperilaku,

sebagian kita lalu memvonisnya sebagai anak nakal,

padahal sebenarnya mereka belum terampil berbuat kebaikan.


Jika Ayah Ibu membimbing kebelumterampilan perbuatan baik anak

dengan cara yang baik.

Insya Allah kebelumterampilan berbuat baik mereka

akan terus tergerus dari kehidupan mereka.


Tetapi Ayah, Ibu,

jika kita menghadapi ketidakterampilan ini

dengan tekanan, ancaman, bentakan, cubitan, pelototan,

mereka akan semakin terpuruk ke arah keburukan.


Ayah Ibu….

Yakinlah, ketika seorang anak emosinya kepanasan:

nangis, marah yang terekspresikan dalam bentuk

yang mungkin dapat membuat orangtua jengkel,

siramlah ia dengan kesejukan.

Menyiram kayu yang terbakar dengan minyak panas

hanya membuat ia makin terbakar.


Ayah, Ibu…..

Yakinilah, sifat-sifat negatif anak

hanyalah bagian ‘eksplorasi’ untuk mencari cahaya kehidupan.

jika kita memahaminya sebagai sebuah bagian proses kehidupan,

insya Allah anak-anak kita akan akan menebar cahaya untuk kehidupan.


Karena itu ayah, ibu…,

jika kadang amarah dengan kejahilian memperlakukan anak

mampir lagi dalam hidup kita,

kamus yang benar adalah ‘inilah uji ketulusan’

bukan kegagalan,

terus belajar tentang kehidupan,

bukan tak berhasil dalam kehidupan.

Belajar, memburu ilmu,

adalah ikhtiar yang kita tuju,

karena sebagian kita ketika menikah

tidak disiapkan jadi orangtua.


Jadi, ayah ibu,

mari kita terus belajar,

meskipun telah jadi orangtua: belajar….jadi orangtua.

Andaikan keluarga kita kuat,

insya Allah anak-anak kita memiliki ketahanan mental

terhadap lingkungan yang gawat.